Senin, 04 Agustus 2008

Jeritan Hati

..........Tak terasa detik-detik berlalu, dan hari-hari pun berganti, bahkan tahun demi tahun telah terlewati, membawa bangsa INDONESIA ini menjadi bangsa yang Merdeka, bangsa yang bebas dari Kolonial, bebas dari siksa hati dan raga. Menapaki usia yang belum begitu tua untuk sebuah bangsa yang besar seperti bangsa ini, semakin bersolek, bak perawan yang akan dipersunting perjaka keren. Sejarah peradaban dunia mencatat, betapa kokhnya Indonesia berdiri tegak menentang badai, Negara Garuda ini terus terbang membawa berjuta-juta umat manusia.

Namun apakah Engkau sadar,-
...Tak terbendungnya darah dan keringat mereka yang diteteskan, untuk menyirami kejayaan Indonesia.
...Tak ternilai lagi harta benda yang mereka berikan untuk menebus Negeri ini.
...Nyaw yang mereka pertaruhkan untuk sekuat tenaga demi keutuhan bangsa.

Namun apakah Engkau sadar,-
...Saat ini engkau buta,-
...Saat ini engkau Tuli,-
...Saat ini engkau Bisu,-
...Dan saat ini pula engkau lemah,-
Engkau Buta, karena hanya kepentingan dirimu saja yang kau utamakan.
Engkau Tuli, Tuli terhadap Rintihan, jeritan, teriakan, bahkan tangisan kami.
Engkau Bisu, Bisu terhadap kebenaran dan keadilan untuk kami.
Dan kau pun lemah, Lemah untuk bersaing menjadi yang terbaik dimuka bumi ini.

Kini engkau malah enak-enakan menikmati Indahnya tanah kemerdekaan.
Tanpa Engkau sadari kami menagis, karena kau sikat harta kami habis, bak tikus yang menyerang Padi Petani.
kau tak melihat kami yang telanjang ini.
Kau tak Mendengar kami yang terus dan terus disakiti ini.
Merintih, perih pedih-pun tak kau hiraukan.

Kau timpuki kami bak anjing yang menyalak.
Kau penjarakan hati dan perasaan kami, dan hanya raga yang kau biarkan terlepas.

Merdeka-Merdeka, merdeka dari apa negri ini, jikalau Pemimpin-Pemimpin kami terus menelanjangi kami.
Merdeka-Merdeka, Merdeka kau suarakan kata-kata itu terus menerus bak lolongan anjing ditengah malam hari.
Merdeka-Merdeka dan trus merdeka, itukah yang engkau inginkan, sedangkan kami disini terus kau jadikan budak-budak mu.

Oh inikah gambaran Bangsa yang kami perjuangkan dulu,-
Kini menjajah anak cucu kami.
Apakah aku menyesal telah berjuang dulu,-
Tidak-tidak, dan tidak akan pernah menyesal dengan apa yang telah kami berikan untuk Indonesia-Ku.
Namun kami menyesal kenapa engkau tak mewarisi semagat juang kami, malah kini kaugadaikan kemerdekaan ini.

17 Agustus, tahun 1945, kami menahan timah panas yang menembus dada ini.
kami menahan setiap pedang yang menyayat kulit kami.
kami pun dapat Hidup walaupun Mortir-mortir bersemayam ditubuh kami.
Karena apa, karena semangat untuk mempertahankan kedaulatan dan serta kehormatan bangsa ini.

Namun kini perih-perih sekali, menahan Kemerdekaan yang telah kami raih dulu.
Kami menangis, kami menjerit, dan kami meronta.
namun tak ada yang peduli lagi.

Kini bulan Agustus tahun 2008, bangsa ini telah memasuki tahun yang ke 63, namun tak jua pemimpin-pemimpin kami yang berpikiran dewasa.
Mereka Egois.
Mereka Sadis.
Mereka keji.

Oh Tuhan, bukakanlah mata hati kami semua, untuk dapat meliah kesegala arah, dan janganlah kau murkai bangsa kami ini, karena kami masih butu Hidup dalam Kehidupan.

RAWE-RAWE RANTAS-MALANG-MALANG TUNTAS.......MERDEKA...!

Tidak ada komentar:

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA JANGAN LUPA UNTUK KEMBALI