Jumat, 24 Oktober 2008

Kepala pecah otak berhamburan menjelang lebaran

Lebaran yang seharusnya menjadi sebuah moment yang sangat dinantikan bagi sebagian umat islam di negara Indonesia ini, Namun tidak lebaran bagi aku dan seluruh keluarga besarku kali ini........
Betapa tidak, karena lebaran kali ini kami dikumpulkan dalam duka yang menyelubung hati masing-masing anggota keluarga ku, duka karena ditinggalkan salah satu dari anggota keluarga besar kami, dngan cara yang tak diingini sebagian besar penduduk di muka bumi ini.

Berawaal dari berangkat mudik kami ke tanah kelahiran kami di jawa tengah, tepatnya di Slogohimo, wonogiri, kami berangkat 11 orang mengunakan 6 motor berangkat dari jakarta, mampang kira-kira pukul 11-an malam malam sabtu tanggal 26 september malam sabtu tgl 27 september 2008 atau H-3.

Kami memutuskan mudik dengan menggunakan motor selain biayannya lebih ekonomis, dan ketika tiba dikampung motor bisa dibuat mondar-mandir dikampung halaman untuk mengunjungi sanak keluarga yang agak jauh, dengan motivasi itulah kami berangkat, tanpa mempedulikan keadaan fisik nantinya akan sangat lelah sekali, dan bahaya kecelakaan akan sangat besar sekali menghantui kami, namun kami mengkesampingkan hal-hal tersebut, hanya 1 tujuan kami bertemu sanak keluarga dikampung halaman kami, dan merayakan lebaran dikampung bersama keluarga besar kami, karena hal itu telah mendarah daging di jiwa kami, lebaran wajib untuk mudik.

jam 11an malam tanggal 26 september 2008 6 motor kami melaju dengan pelan dari kos-kosan di jalan bank VIII mampang jaksel, dengan kecepatan sedang kami menuju kampung halaman yang jaraknya ratusan kilometer, kami selalu berjalan beriringan dengan kecepatan sekitar 40km/jam, kecepatan yang sangat pelan menurutku, kami selalu bersama-sama beriringan sampai di kalimalang jaktim, keadaan berbeda yg dari awal kita selalu bersama, karena terjebak kemacetan yang sangat, kalimalang malam itu bak lautan motor yang mengalir pelan dengan tujuan yang sama yakni kampung halaman. rombongan kami terpencar dan terpecah entah dimana, namun selepas kalimalang kita bisa berkumpul lagi namun masih ada juga anggota yang terlepas entah sampai dimana, kami berjalan aga cepat yah sekitar 80km/jam lah, sampai dicikampek keadaan lebih parah kemacetan terjadi lagi kali ini selain sudah agak siang kemacetannya lebih parah karena bukan hanya motor yg ada, sudah berbgaijenis kendaraan berjubel disitu, sampai entah berapa jauh kemacetan ini, yang aku lihat sepanjang jalan didepanku hanya ada kemacetan, dengan tertatih kami memacu motor kami pelan pelan bak seorang anak yang baru bisa berjalan, dari sinilah awalnya kita terpisah dan tak bisa menemukan 1 dengan yang lainnya.

Hingga siang kemacetan belum habis kami lewati, matahari sangat terik membakar tubuh dan memanggang kami oh panasnya, debunya, asap dari kenalpot kendaraan, uhh pokoknya sangat-sangat ga enak dech, hanya 1 temanku yang selalu bersama yang lain entah kemana dan sudah sampai dimana, kontak telephon juga ga pernah diangkatnya, namun sesekali bisa juga dihubungi mengabarkan dah sampai dilokasi mana gitu, siang itu kami menerjang hawa panas dijalanan, berbagi jalan dengan yg lain, jam 08:30 aku baru tiba ditegal, kami memutuskan untuk berhenti sejenak sambil sarapan, ya karena saat itu aku ngutang puasa, kan ga apa-apa namanya juga musafir kan, nanti dibayar dilain hari, hanya 1 motor selain motorku dalam rombongan kita yg ikut aku terus yg lain ga tau dimana mereka, setelah itu kita jalan lagi meneruskan perjalanan yang masih panjang banget, karena memang masih didaerah tegal, sedangkan matahari tak mau kompromi lagi semakin panas saja sinarnya, kami memacu kecepatan antara 90-100km/jam dengan tujuan akan sampai dirumah lebih siang, kota demi kota kami lewati, seperti lagunya didik kempot "sewu kuto".

Detik-detik memilukan ada disini, waktu itu kami memasuki Boyolali, wah berarti 2,5 jam lagi dah sampai dirumah dengan kecepatan rata-rata 60km/jam, dan yg lebih mengembirakan lagi teman kami satu rombongan yg dari Cikampek terpisah kini bergabung lagi, bertambahlah keceriaan kami, akhirnya kami bersama sama lagi walaupun tak semua rombongan bergabung lagi, di Boyolali karena keadaan jalannya bergelombang, kami pun memelankan dan menurunkan kecepatan motor kami menjadi hanya 40km/jam, namun ada salah satu teman kami yang tetep memacu motornya bahkan dijalan menurun dan gelappun masih kenceng banget, dan ketika sampai di lampu merah kami memutuskan setelah sampai disolo akan isi bensin dulu dan istirahat makan dulu, perut rasanya dah keroncongan banget ni, selain makan pagi ditegal tadi aku dan teman-temanku belum makan apa-apa, hanya air yang mengisi perut kami, dan setelah sampai diperempatan Ngasem masih masuk wilayah mana ya ga tau dah surakarta pa masih boyolali, kita berhenti karena lampu merah lagi, setelah hijau kami jalan namun tetep pelan saja, selain keadaannya rame jalannya juga ga bagus banyak gelombangnya menjadikan berkendara tak nyaman, belum jauh dari perempatan itu terdengar suara BRAKKKKK............, om ku menjerit " kang gimin ko" seakan sudah menduga siapa yang kecelakaan itu, aku jawab "bukan kang gimin kan udah didepan" kataku, namun omku jawab lagi "belum masih dibelakang coba liat dulu" sekitar 100an M dari tempat kecelakaan itu aku balik lagi turun dari motor dan berlari menghampiri tempat tersebut, disitu telah ada Polisi dan masarakat sekitar dan didepannya berhenti bis Kramat Jati, benar saja apa yg menjadi kekawatiranku tadi, siapa yang kecelakaan tersebut ternyata, ya Allah Innalillahi wa innailaihi rojiun", disitu tergeletak seorang yang aku kenal dari dulu dan menjadi rombongan kami pula, ya pakde Gimin bersama istrinya terlindas bis kramat jati, dengan kepala pecah sebelah dan otak ataupun isi kepala berhamburan dijalan raya itu, seakan termenung sekitar 5 menitan aku melihatnya, dengan tatapan kosong seakan tak percaya dengan apa yang aku lihat ini, terasa lemas sekujur badan ini melihat dan menyaksikan apa yang aku lihat ini bagaikan tak bertulang namun, segera ku beralih meninggalkannya dan menghampiri istrinya yang ternyata tak apa-apa dan menangis dipinggir jalan, langsung aku bawa menjauh, dari lokasi tersebut......

Kejadian ini tak bisa aku lupakan karena selain aku melihat sendiri keadaan korban yang tak lain tak bukan adalah anggota keluargaku sendiri......"semoga arwah Almarhum diterima disisi Allah"
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA JANGAN LUPA UNTUK KEMBALI